Sekilas Tentang Stres (Sumber, Tanda & Cara Mengatasinya Menurut Islam)
Sekilas tentang Stres
(Sumber, Tanda & Cara Mengatasinya menurut Islam)
Oleh: Rahman Abdullah
(Ciamis, 24 April 2021)
Semakin tinggi peradaban dalam masyarakat, maka kebutuhan hidup yang harus dicapaipun akan semakin tinggi, hal ini akan menimbulkan hilangnya ketenangan dan tumbuhnya persaingan yang semakin ketat dalam hidup.[1] Kebutuhan hidup manusia tentunya harus terpenuhi agar manusia merasakan kenyamanan dalam hidup. Kebutuhan dasar manusia, seperti tercukupinya akan sandang dan pangan tentunya harus terpenuhi terlebih dahulu sebelum mengarah kepada tercukupinya kebutuhan-kebutuhan yang lain.[2] Ketika seseorang kurang mampu atau bahkan gagal dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup yang dasar tersebut, maka seseorang akan mengalami stres atau tekanan-tekanan dalam hidupnya telah mengusik ketentraman dan ketenangan jiwa seseorang.
Stres mempunyai pengertian sebagai sebuah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya tekanan, tekanan tersebut muncul akibat dari ketidak terpenuhinya keinginan dan kebutuhan seseorang tersebut. Menurut Korchin stres adalah keadaan yang timbul apabila tuntutan-tuntutan yang datang kepada diri seseorang terlalu banyak dan mengancam kesejahteraan dirinya dan tekanan ini bisa berasal dari dalam diri atau dari lingkungan sekitar.[3]
A. Sumber Stres
Kehidupan di dunia ini dengan segala problematikanya telah melahirkan berbagai reaksi yang kompleks terhadap diri seseorang. Peradaban manusia yang semakin maju serta persaingan hidup yang semakin ketat, sedikit banyak telah mengakibatkan manusia menjadi mahluk yang selalu ingin terjaga dalam kesejahteraan hidup. Aspek internal berupa keadaan diri pribadi dan kondisi kepribadian seseorang serta aspek eksternal yaitu keadaan lingkungan sekitar, bagaimana interaksi seseorang dengan lingkungannya, itu merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan tekanan-tekanan terhadap aspek afeksi seseorang. Termasuk stres yang timbul dari rangsangan-rangsangan luar dan dari dalam diri tersebut. Berikut beberapa hal yang bisa disebut sebagai sumber terjadinya stress, diantaranya ialah:
1. Fisik (Kondisi Tubuh)
Seperti dikatakan tadi, kondisi tubuh ini bisa dikategorikan sebagai faktor internal terhadap munculnya stres pada diri seseorang. Terkadang konstitusi tubuh serta pertumbuhan fisik dan perkembangan mental yang terjadi dalam diri seseorang akan menimbulkan gejolak emosional dan hal tersebut merupakan tekanan-tekanan terhadap jiwa seseorang yang pada akhirnya dapat menimbulkan stres.
Seperti yang diterangkan oleh Hetzer dan Bartling dalam Zulkifli (2012) bahwa pertubuhan fisik seseorang bisa mempengaruhi keadaan psikis seseorang tersebut, mereka menyebut masa ini sebagai masa negatif. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan kejiwaan yang sulit untuk dipahami dan diteliti, adapun salah satu sumber yang bisa diteliti dalam masa ini adalah buku harian dari seseorang. Ciri dari masa negatif ini adalah adanya sikap menarik diri dari pergaulan, sedikitnya aktivitas yang dilakukan dan timbulnya kekecewaan terhadap diri sendiri.[4]
2. Pikiran
Sumber stres yang selanjutnya adalah berasal dari pikiran. Pikiran atau berpikir merupakan aktivitas otak kita dalam merespon suatu keadaan atau rangsangan dari lingkungan sekitar. Berpikir merupakan kegiatan diri manusia yang mengakibatkan terjadinya penemuan terhadap sesuatu dan tercapainya tujuan tertentu.[5] Aktivitas berpikir adalah suatu kekhasan yang dimiliki oleh manusia karena manusia telah dibekali potensi akal dalam menjalankan kehidupannya.
Pikiran-pikiran yang dapat mengakibatkan stres adalah pikiran-pikiran yang bersifat negatif. Persoalan-persoalan hidup yang seakan tiada henti datang dan semua persoalan tersebut memerlukan soslusi untuk diatasi, dalam proses menemukan solusi itu kita akan berpikir secara keras dan apabila kita menemui jalan buntu dalam menyelesaikan masalah kehidupan tersebut maka timbullah tekanan terhadap jiwa kita.
Terkadang pikiran kita sendiri yang pada akhirnya malah memperkeruh keadaan dan membuat diri kita seolah tidak berdaya. Berpikir tentang kegagalan, ketidakmampuan diri untuk berkembang dan kehilangan arah dan tujuan dalam hidup ini, itulah pikiran-pikiran yang menenggelamkan semua potensi yang kita miliki dan menghilangkan kepercayaan diri seseorang dalam menuntaskan permasalahan kehidupannya. Maka dari itu untuk mengatasi sumber stres yang berasal dari pikiran tersebut kita selalu dianjurkan untuk terus berpikiran positif dalam berbagai hal, dan menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri.
3. Lingkungan
Lingkungan merupakan sumber timbulnya stres. Manusia merupakan mahluk sosial dan manusia perlu adanya interaksi dengan lingkungan kehidupnya, maka dengan interaksi tersebut manusia bisa hidup bermasyarakat dan membentuk sebuah peradaban yang menjaga keberlangsungan kehidupan generasi sekarang dan yang akan datang.
Dalam menjalani kehidupan ini seseorang dituntut untuk dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya, entah itu kebutuhan jasmani yang berkenaan dengan aspek biologis serta kebutuhan rohani yang sama-sama pentingnya untuk selalu terpenuhi apa-apa yang dibutuhkannya. Dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut kita harus menghadapi berbagai kendala dan rintangan seperti dalam hal pekerjaan, interaksi antar sesama, perubahan cuaca yang ekstrim, dan lain sebagainya yang mana kita dituntut untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi tersebut.[6]
B. Tanda Seseorang sedang Stres
Seseorang yang sedang mengalami stres, biasanya memilki tanda-tanda tertentu yang dapat dirasakan oleh diri sendiri dan dilihat oleh orang lain berupa tanda-tanda fisik maupun perilakunya. Biasanya seseorang yang mengalami stres akan terlihat cemas dan nampak sedang menanggung beban yang berat dalam dirinya.
1. Tanda pada Fisik
Gejala stres yang mudah untuk dirasakan oleh diri sendiri adalah adanya gangguan dalam metabolisme tubuh. Adanya rasa lelah dan nyeri pada bagian tubuh tertentu merupakan bentuk dari tanda tubuh kita sedang mengalami stres. Kemudian gejala-gejala yang timbul ketika sedang mengalami stres diantaranya ialah jantung berdebar-debar, napas pendek dan sesak, keringat berlebih, mudah terserang flu dan menstruasi yang tidak teratur.[7]
Akan tetapi karena ini menyangkut pada keadaan fisik dan adanya gangguan somatis, untuk memastikan apakah sakit tersebut disebabkan oleh adanya gejala psikis seperti stres tadi atau ternyata penyebab sakit tersebut bukanlah dari adanya gejala stres, maka alangkah baiknya seseorang tersebut berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter atau tenaga medis.
2. Tanda pada Psikis
Selain dari gejala somatis, stres juga bisa memeperlihatkan gejalanya pada keadaan emosi dan mental seseorang. Adanya ketidak serasian antara fungsi-fungsi kejiwaan seseorang dan tidak tercapainya penyesuaian diri antara seseorang dengan lingkungannya, sehingga seseorang tersebut tidak mampu untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan dan merasa gagal dalam menjalani kehidupanya, maka bisa dikatakan seseorang tersebut telah mengalami stres.
Seseorang yang tidak sedang dalam keadaan stres berarti dirinya sedang dalam keadaan mental yang sehat. Menurut Zakiah Darajat dalam Khairunnas Rajab (2012) kesehatan mental adalah terlaksananya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa serta terwujudnya kesesuaian diri antara peribadi dengan dirinya dan terjalinnya hubungan dengan lingkungan kehidupannya yang berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang pada akhirnya seseorang yang memiliki kesehatan mental tersebut mempunyai tujuan untuk meraih hidup yang bahagia dan bermakna dan selamat di dunia dan di akhirat.[8]
Gejala psikis yang timbul biasanya berupa adanya kesulitan dalam berkonsentrasi, sering melamun dalam waktu yang lama, kemudian hilangnya selera humor dan mood yang tidak menentu.[9] Maka dari itu seeorang yang sedang mengalami stres biasanya mengalami keadaan emosi yang tidak stabil, seperti mudah terseinggung, mudah marah, selalu menyalahkan diri pribadi atas apa keadaan atau situasi yang sedang dialami dan cenderung untuk menarik diri dari kehidupan sosial dan lebih suka menyendiri. Seseorang yang sedang mengalami tekanan dalam diri dan jiwanya merasa terancam sudah sepatutnya mendapatkan bantuan dan motivasi agar bisa keluar dari kondisi terpuruk, terutama dukungan tersebut datang dari orang-rang terdekat dan keluarga.
3. Tanda pada Perilaku
Selain pada gejala psikis yang tercermin dalam sikap mental, seseorang yang sedang mengalami keadaan stress juga dapat terlihat dari prilakunya dalam kehidupan. Seseorang yang mengalami stres tidak dapat mensituasikan kondisi fisik dan mentalnya dalam keadaan yang stabil.
Intensitas kekhawatiran dan kecemasan yang berlebih, membuat seseorang tidak merasa tenang dalam aktivitasnya, dan seseorang yang sedang mengalami stres biasanya dapat diterka dari prilakunya yang mengindikasikan bahwa dirinya tersebut sedang menaglami stres. Adapun tanda-tanda seseorang sedang menagalami stres mempunyai perilaku seperti: a). Terjadinya perubahan suara seseorang atau seseorang tersebut menjadi tidak lancar dalam berbicara atau bisa dikatakan gugup, b). Timbulnya rasa bersalah dan hilangnya rasa percaya diri, c). Berperilaku yang terlalu aktif dan cenderung tidak bisa dikendalikan oleh dirinya sendiri, d). Mengalami perilaku susah tidur atau mengalami insomnia, serta mengalami mimpi buruk, serta perilaku-perilaku yang bersifat kompulsif lainnya.
C. Cara Islam Mengatasi Stres
Melakukan pemenuhan terhadap kebutuhan hidup sehari-hari entah itu kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani merupakan sesuatu yang memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh. Apabila ada kebutuhan yang tidak terpenuhi, terutama dalam aspek kebutuhan yang bersifat fisiologis atau kebutuhan primer, maka akan mengakibatkan terjadinya jiwa seseorang yang tertekan dan hilangnya ketentraman dalam diri seseorang.
Melihat kondisi seperti di atas, Islam mengajarkan kepada psikologis manusia ketika dalam menghadapi sebuah ujian, kesulitan, tekanan-tekanan hidup melalui cara-cara yang bernilai ibadah. Sabar dan shalat adalah salah satu caranya. Melalui pendidikan sabar dan shalat, seseorang dibimbing untuk menghadapi segala persoalan dalam hidup dengan ketenangan jiwa sehingga teratasi kesulitannya dan bisa terhindar dari stres.[10]
Islam dengan semua nilai yang terkandung di dalamnya telah memberikan solusi bagi setiap permasalahan yang dihadapi oleh manusia di muka bumi ini. Setiap penyakit pasti ada obatnya, setiap kesulitan pasti ada kemudahan, setiap masalah ada solusi di dalamnya dan semua itu bergantung atas kehendak Allah SWT.
Dalam mengatasi persoalan dalam hidup termsuk di dalamnya adalah stres, ketegangan, rasa cemas dan lain sebagainya, Islam sebetulnya telah memberikan jawaban dalam merespon persoalan kehidupan tersebut. Adapun solusi yang ditawarkan oleh Islam dalam hal tersebut di antaranya ialah:
1. Manusia harus mempunyai Iman dan Taqwa kepada Allah SWT
Seseorang yang di dalam dirinya terdapat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT akan selalu bertindak dan bersikap sesuai dengan aturan-aturan yang ada serta tidak melanggar terhadap syariat. Dalam pribadi tersebut selalu penuh dengan rasa syukur dan penghambaan yang tulus hanya mengharap ridha Allah SWT.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Barangsiapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam kadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepada mereka kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah merka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Orang yang mempunyai keimanan yang kuat dalam dirinya ketika menyikapi problematika kehidupan ini senantiasa akan bersandar dan berserah diri dengan penuh kehinaan di hadapan Sang Pencipta. Di saat mendapatkan anugerah kebahagiaan orang tersebut mencurahkan rasa syukurnya dengan peningkatan esensi dalam beribadah dan tidak malah menjadi terbuai oleh rasa bahagia tersebut yang dapat menjerumuskan ia kepada kelalaian dalam beribadah. Ketika menghadapi kesulitan, kecemasan, stres akibat tekanan persoalan hidup, maka seseorang yang mempunyai keimanan kepada Allah SWT akan senantiasa bersikap sabar, dan penuh pengharapan hanya kepada Allah, bahwa setiap kesulitan dan kesedihan yang mendera diri ini merupakan ujian dari-Nya dan pasti dalam setiap kejadian pasti ada hikmah di dalamnya.
2. Mempunyai Pemikiran bahwa Sakit yang Menimpa merupakan Cobaan dan sebagai Penebusan Dosa
Sesuatu hal yang menimpa diri ini adalah tidak akan melebihi dari takarannya. Allah SWT tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuan dari hamba tersebut. Dengan demikian apabila kita merasa putus asa dan merasa tidak mampu dalam menghadapi sesuatu hal dalam kehidupan, itu berarti bukan diri kita yang tidak mampu untuk melewati cobaan tersebut, akan tetapi sugesti yang dibangun oleh oleh diri sendiri lah yang melemahkan semangat kita. Dengan bertawakal dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta maka rintangan tersebut pasti akan kitalalui.
Rasa cemas, sakit, stres adalah bagian dari problematika hidup yang senantiasa akan dihadapi oleh manusia dalam kehidupannya. Orang-orang shalih akan merasa senang dan sabar apabila dirinya ditimpa oleh sakit dan ujian, mengapa demikian, karena mereka mengetahui bahwa rasa sakit yang mereka derita merupakan ujian dari Allah SWT dan rasa sakit tersebut dapat menjadi pelebur terhadap dosa-dosa yang telah ia perbuat.
Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya:
“Tidak ada rasa lelah, sakit, cemas, sedih atau cidera yang dialami oleh seorang muslim, bahkan tusukan sebuah duri, melainkan Allah akan menjadikannya sebagai penebus dosa-dosanya.” (HR. Muslim)
Yakin atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup merupakan ketentuan yang telah ditatpkan oleh Allah SWT, dan menjadi seorang yang mempunyai sabar dan tawakal serta keimanan dan ketaqwaan yang mantap akan menjadikan seseorang selalu bahagia dalam hidupnya walau dalam keadaan sakit sekalipun.
3. Memperbanyak Berdzikir
Jiwa akan merasa hampa dan mental sesantiasa menganggap diri tak berdaya apabila tidak memiliki keimanan yang teguh. Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum apabila kaum tersebut tidak berusaha untuk merubah keadaannya sendiri. Dengan demikian kita diberikan kehendak untuk memilih perbuatan yang kita lakukan apakah itu perbuatan baik dan ataukah perbuatan buruk. Untuk itu agar kita sealalu melakukan perbuatan baik dalam hidup, maka kita harus banyak mengingat Allah dengan berdzikir.
Diri yang selalu merasa diawasi dan segala sesuatu yang dikerjakan dalam hidup akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat, akan meredam kita untuk melakukan penyelewengan perilaku dan berbuat kemaksiatan. Hal tersebut tidak akan kita rasakan apabila kita tidak merasa dimonitor oleh Sang Pencipta dan tidak adanya ingatan dalam diri kepada Allah SWT. Seseorang yang memilih jalan kebaikan dalam hidupnya dan banyak berdzikir kepada Allah SWT akan terhindar dari perasaan tertekan dan stres dalam kehidupan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Orang-orang yang beriman hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah, Ingatlah hanya dengan mengingat Allah lah hati akan menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’ad: 28)
4. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW
Shalawat ke atas nabi merupakan salah satu ekspresi cinta seorang Muslim kepada Nabi Muhammad SAW dan merupakan salah satu bentuk ibadah yang diperintahkan Allah SWT. Sebagaimana berdizikir, bershalawat juga mempunyai efektivitas dalam menenangkan hati. Dengan bershalawat berarti kita telah melakukan salah satu perintah Allah dan senantiasa akan tumbuh dalam jiwa kita perasaan dekat dengan Sang Pencipta yang hal tersebut menjadikan diri dalam kedamaian dan terhindar dari kemaksiatan yang dapat menimbulkan persaan bersalah dan pada akhirnya perasaan bersalahlah yang dapat menjadikan diri seseorang menjadi cemas, tegang dan stres. Dan apabila kita mendekatkan diri kepada Allah SWT, perasaan-perasaan seperti itu tidak akan kita alami.
5. Mengerjakan Pekerjaan sesuai dengan Jadwalnya
Kedisiplinan adalah salah satu kunci dalam kesuksesan seseorang. Seseorang yang mempunyai sifat disiplin tidak pernah menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang tidak berguna. Mengerjakan sesuatu sesuai dengan waktunya adalah ciri dari kedisiplinan, dengan selalu berdisiplin kita akan terhindar dari menumpuknya tugas yang harus kita kerjakan dan dengan demikian kita akan terhindar dari stres akibat pekerjaan yang menumpuk tersebut.
Islam dalam hal ini juga memandang sifat disiplin adalah sifat yang harus dimiliki oleh setiap muslim dalam kehidupannya. Sebagai agama, Islam mengajarkan kepada penganutnya untuk memiliki ketepatan waktu dalam setiap momen dalam hidup, sebagai contohnya dalam Islam ada ibadah-ibadah yang harus dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan dan lain sebagainya yang harus dikerjakan oleh setiap muslim. Dengan kedisiplinan tersebut, manusia diajarkan untuk memanfaatkan secara maksimal waktu kehidupannya dan mengumpulkan bekal kebaikan sebelum kelak ajalnya menjemput.
6. Banyak Mengingat Mati
Mengingat kematian bukan berarti membuat seseorang yang masih hidup menjadi insan yang pasif dan tidak mempunyai progres dalam kehidupannya. Dengan mengingat kematian justru akan membuat seseorang berhati-hati dalam perilaku dan tindakannya dalam hidup, hal itu berdasar kepada semua yang kita lakukan akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat.
Sebesar apapun beban yang dipikul dan problematika yang dihadapi oleh seseorang dalam kehidupan ini, seseorang yang memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT akan selalu positif dalam memandang setiap kesusahan yang menimpa dirinya. Hal tersebut dikarenakan orang yang beriman mempunyai keyakinan dalam dirinya bahwa semua itu merupakan ujian dan di setiap kesulitan pasti ada kemudahan yang menyertainya, sehingga akan timbul dalam diri seseorang yang beriman tersebut perasaan husnudzan terhadap semua ketetapan yang telah digariskan kepadanya. Dengan demikian dirinya akan terhindar dari stres yang merugikan.
Lantas apakah stres itu sesuatu yang wajar dialami oleh seseorang atau justru stres merupakan sesuatu yang abnormal terjadi dalam diri seseorang?. Ternyata seseorang tetap membutuhkan stres dalam kehidupannya. Dalam arti stres di sini dalam takaran wajar dan bukan merupakan stres yang berat atau berlebihan. Manusia memerlukan pemacu dalam mengoptimalkan potensi kehidupannya, salah satu pemecut gairah kehidupan seseorang adalah tekanan yang datang kepada dirinya. Dikarenakan apabila seseorang merasa terlalu nyaman dalam sebuah zona hidupnya dan tidak mengalami tekanan kebutuhan sama sekali, maka seseorang akan berhenti berprogres dalam hidupnya.
Bisa kita membayangkan apabila kita sedang dalam tuntutan deadline suatu pekerjaan, kita akan menjelma menjadi seseorang yang produktif dalam menyelesaikan segala tugas tersebut, analogi dari stres yang wajar dan dapat menjadi motivasi. Namun bukan berati dengan pernyataan tersebut kita dibenarkan untuk menumpuk-numpuk suatu pekerjaan di akhir batas waktu, karena kalau terlalu banyak yang harus dikerjakan maka stres yang timbul malah membuat diri putus asa. Maka telah dijelaskan di atas bahwa salah satu cara menghindari stres adalah dengan mengerjakan sesuatu sesuai dengan jadwalnya. Demikianlah sedikit ulasan mengenai stres dan bagaimana Islam menyikapi kondisi seseorang yang mengalami stres dalam kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Rahman. 2020. Model Bimbingan dan Konseling Islam dalam Menumbuhkan Perilaku Keagamaan dan Minat Belajar Agama Islam Mantan Residivis di Yayasan Padepokan Maung Bodas Ciamis. Cirebon: Tesis Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Alwisol. 2015. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
L, Zulkifli. 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-8.
Oka Sumartha, Abdurrahman. 2009. Obat Stres tanpa Dokter. Yogyakarta: Surya Media.
Purwanto, Ngalim. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rajab, Khairunnas. 2012. Psikologi Agama. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Ramayulis. 2016. Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia. Cet. Ke- 11.
[1] Rahman Abdullah, Model Bimbingan dan Konseling Islam dalam Menumbuhkan Perilaku Keagamaan dan Minat Belajar Agama Islam Mantan Residivis di Yayasan Padepokan Maung Bodas Ciamis, (Tesis: Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2020), h. 1.
[2] Alwisol, Psikologi Kepribadian, (Malang: UMM Press, 2015), h. 201.
[3] Abdurrahman Oka Sumartha, Obat Stres tanpa Dokter, Yogyakarta, Surya Media, 2009), h. 6.
[4] Zulkifli L, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-8, 2012), h. 68-69.
[5] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-26, 2103), h. 43.
[6] Abdurrahman Oka Sumartha, Obat Stres tanpa Dokter, Op. Cit, h. 22.
[7] Ibid, h. 20.
[8] Khairunnas Rajab, Psikologi Agama, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), h. 33.
[9] Abdurrahman Oka Sumartha, Obat Stres tanpa Dokter, Op. Cit, h. 20.
[10] Khairunnas Rajab, Psikologi Agama, Op. Cit., h. 59.
Oke penjelasanya
BalasHapusHatur nuhun kaka
Hapus